Di antara seluk beluk book cover designer Tanah Air, ada sejumlah nama yang mencuat dan dikenal di masyarakat. Salah satunya adalah Sukutangan yang bergelut di industri ini sejak dua tahun lalu.
Pasangan asal Bali yang berhasil menciptakan lebih dari 100 sampul itu telah beredar diterbitkan oleh penerbit-penerbit besar maupun kecil. Desain buatan mereka tak sembarangan, digarap dengan baik, penuh esensi, tidak mempercantik tanpa alasan, atau sesuai dengan tagline mereka 'desainer yang membaca buku'.
Mengenal Sukutangan, Desainer di Balik Visual Sampul Buku Foto: sukutangan/ istimewa |
Di sela-sela penyelenggaraan Litbeat Festival beberapa waktu lalu, detikHOT menjumpai Genta Shimaoka dan Sekar Wulandari Yogaster atau akrab disapa Ndari di Perpustakaan Nasional Indonesia. Obrolan mengenai dunia book cover designer hingga gosip perbukuan diperbincangkan selama hampir satu jam lamanya.
Ndari dan Genta meceritakan awal terbentuknya Sukutangan dan perjumpaan mereka pada 2016 lalu di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF). Serta eksibisi kolaborasi di Artotel Bali.
"Sukutangan itu awalnya adalah ruang katarsis di akun Instagram saya, gambar-gambar yang saya suka. Ada obyek tangan yang berjalan seperti manusia. Tahun 2016 kami bertemu lalu kolaborasi bareng di pameran seni di Artotel," tutur Genta menjelaskan.
Genta pun menggambar ilustrasi hasil interpretasi dari cerita-cerita yang ditulis Ndari. Peristiwa saling merespons tersebut lama-lama menjalar ke dunia buku dan mulai terinspirasi untuk kerja bareng membuat sampul buku.
"Gimana kalau kita memulai sesuatu dari buku lalu ke visual," lanjutnya.
Mengenal Sukutangan, Desainer di Balik Visual Sampul Buku Foto: sukutangan/ istimewa |
Gayung bersambut, Ndari yang sedari kecil gemar membaca buku dan pernah membuat perpustakaan mini di Surabaya turut berkolaborasi lewat brand Sukutangan.
"Dari frame aku yang suka buku dengan latar belakang Genta dan pengetahuan dia soal visual, digabunglah. Kami iseng-iseng bikin cover buku lalu kirim ke penerbit yang baru merintis di Yogya tahun 2017. Lama-lama ada yang nyantol dengan desain kami," tutur Ndari bersemangat.
Profesi desainer cover buku pun dilakoni keduanya. Mereka kerap hadir di berbagai festival buku, workshop, sampai hadir diskusi di POST Santa beberapa waktu lalu.
"Kita berdua pelajari kontennya, naskahnya, kita juga pelajari marketnya apalagi kalau berbicara di Indonesia yah. Banyaknya visual yang ada tapi juga layoutnya berantakan," tukas perempuan yang mengenyam pendidikan psikologi ini.
Bagaimana kelanjutan cerita Sukutangan? Simak artikel berikutnya.
(tia/doc)
Photo Gallery
No comments:
Post a Comment