Pages

Monday, September 3, 2018

Dolar AS Naik, Perajin Tempe Bertahan Tak Dongkrak Harga

Jakarta - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah yang masih tinggi memicu lonjakan harga kedelai. Komoditas pertanian ini adalah bahan baku tempe dan selama ini masih impor.

Menurut Arifin perajin tempe di kawasan Sentiong, Jakarta Pusat, harga kedelai saat ini naik Rp 200. Kedelai kualitas super Rp 8.000 naik menjadi Rp 8.200, Kualitas 2 dari Rp 7.600 naik jadi 7.800.


Kualitas 3 dari Rp 7.400 naik jadi Rp 7.600, dan kualitas 4 dari Rp 7.300 jadi Rp 7.500. Meski kedelai naik, Arifin tidak menaikkan harga.
Dia masih menjual tempe seharga Rp 5.000 per 20 cm. Selain itu ukuran tempe pun tidak dipangkas, dan tidak beralih ke kedelai di bawah kualitas super.

Menurut Arifin dia tak mengubah harga jual hingga ukuran tempe untuk menjaga agar konsumen tak beralih ke perajin lain

"Kalau kita potong misalnya 1 sentimeter pasti pembeli tahu. Kalau pun kedelainya ganti ke yang kurang bagus juga tempenya nanti kurang enak. Nanti konsumen malah akan beralih ke tempat lain. Kalau gini kita nggak ada pilihan selain kurangi keuntungan," kata dia kepada detikFinance, Senin (3/9/2018).


Menurut Arifin meski nilai tukar dolar AS fluktuatif, harga kedelai tak akan turun saat nilai tukar dolar AS melemah terhadap rupiah. Pemasok kedelai tetap menaikkan harga kedelai.

"Kan dolar itu ada naik turunnya, tapi si suplier ini jarang turunin harga. Kalau dolar lagi naik itu kedelai stok lamanya mereka langsung dinaikan harganya. Kalau dolar turun mereka bilang kedelainya stok lama jadi harganya masih mahal," papar dia. (hns/hns)

Let's block ads! (Why?)

Kalo berita nya kurang lengkap buka link di samping lanjutin baca berita dari situ https://finance.detik.com/read/2018/09/03/150203/4195360/1036/dolar-as-naik-perajin-tempe-bertahan-tak-dongkrak-harga

No comments:

Post a Comment